SERAI WANGI SEBAGAI PESTISIDA NABATI










MINYAK ATSIRI SERAI WANGI SEBAGAI PESTISIDA NABATI

(Tugas Mata Kuliah Technopreneurship Agroindustri)









Oleh :



Anggi Khoiruddin                  1414051010

Ayunendi Tri Arifah               1414051012

Desti Silviana                          1414051024

Nadya Ramadha                     1414051072







logo-unila-resmi.jpeg











JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2017









I. PENDAHULUAN





1.1 Latar Belakang



Penggunaan pestisida kimia sintetik yang intensif dan kurang bijaksana telah menimbulkan pencemaran yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Dampak negatif tersebut telah menstimulasi pengembangan produk-produk turunan dari tanaman untuk menggantikan produk-produk bahan kimia sintetik yang banyak digunakan untuk makanan, kosmetik, obat-obatan, dan pestisida (Dubey et al., 2008; Dubey et al., 2010; Koul et al, 2008; Isman, 2000). Berdasarkan pengalaman empirik dan hasil beberapa penelitian menunjukkan, bahwa beberapa jenis minyak atsiri mempunyai aktivitas biologi terhadap mikroba seperti bakteri, jamur, ragi, virus, dan nematoda maupun terhadap serangga hama dan vektor patogen yang merugikan manusia, hewan, dan tanaman (Isman, 2000; Upadhyay, 2010). Properti minyak atsiri tersebut berhubungan dengan senyawa yang dikandungnya terutama dari golongan terpen, alkohol, aldehid, dan fenol seperti karvakrol, eugenol, timol, sinamaldehid, asam sinamat, dan perilaldehid (Burt, 2007).



Pada saat ini minyak atsiri telah banyak digunakan secara luas di berbagai jenis industri bahan-bahan kebutuhan rumah tangga, kosmetik, makanan dan minuman, farmasi obat-obatan, parfum, pestisida dan sebagainya (Isman, 2000; Koul et al., 2008). Minyak atsiri juga mempunyai peluang untuk dikembangkan menjadi produk-produk derivat lainnya seperti pestisida. Pengembangan produk-produk derivat dari minyak atsiri diharapkan dapat mengurangi atau menggantikan produk-produk yang berasal dari bahan kimia sintetik. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran perkembangan informasi terkini tentang potensi minyak atsiri sebagai pestisida nabati, kelebihan dan kelemahan, serta peluang pengembangan dan kendalanya. Indonesia cukup kaya akan potensi tanaman penghasil minyak atsiri berupa racun untuk memberantas organisme pengganggu tanaman atau yang berfungsi sebagai insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Tumbuhan yang dapat menghasilkan minyak atsiri untuk menanggulangi hama harus memenuhi kriteria sebagai berikut : bukan merupakan tanaman inang dari hama dan penyakit, bahan anti hama, serta dapat diambil tanpa mematikan tanaman yang bersangkutan (Rukmana, 2002). Salah satu tanaman yang dapat diambil miyak atsirinya dan dijadikan sebagai pestisida nabati yaitu tanaman serai wangi.







1.2 Tujuan



Tujuan dari dibuatnya makalah ini yaitu sebagai berikut :

  1. Sebagai syarat menyelesaikan tugas mata kuliah technopreneurship Agroindustri
  2. Mengetahui proses pembuatan biopestisida dari minyak atsiri.
  3. Mengetahui pengaruh biopestisida dari minyak atsiri terhadap lingkungan yang dikenainya




II. ISI DAN PEMBAHASAN





Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati tanaman penghasil minyak atsiri. Dengan tersedianya berbagai jenis tanaman penghasil minyak atsiri tersebut, maka Indonesia mempunyai peluang yang sangat besar untuk mengembangkan minyak atsiri sebagai pestisida nabati. Adanya larangan penggunaan beberapa jenis pestisida kimia sintetis karna dapat merusak tanaman tersebut dan lingkungannya, akan meningkatkan kesempatan produk pestisida berbahan minyak atsiri untuk dikembangkan dan diproduksi secara komersial dan diharapkan mampu bersaing dengan pestisida kimia sintetis. Pengembangan pestisida berbasis minyak atsiri secara komersial juga sering dihadapkan pada beberapa kendala, seperti  kurang tersedianya bahan baku dalam jumlah yang memadai karena pada umumnya tanaman penghasil miyak atsiri di Indonesia belum dibudidayakan secara baik.





Aktivitas biologi minyak atsiri terhadap mikroba telah banyak diteliti terutama terhadap bakteri patogen pada manusia dan hewan. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa sejumlah minyak atsiri mempunyai aktivitas terhadap bakteri patogen baik yang bersifat gram negatif maupun positif. Beberapa jenis pestisida yang berbahan minyak atsiri pada saat ini juga telah diproduksi secara komersial di luar negeri dan digunakan untuk mengendalikan patogen dan hama di rumah kaca, di sekitar rumah, dan di lingkungan peternakan. Semua produk pestisida berbahan aktif minyak atsiri tersebut telah lolos registrasi dari EPA (Environmental Protection Agency) dan dinyatakan aman (GRAS = Generally Recogniced As Safe) dan sering digunakan untuk bercocok tanam secara organik (Koul et al., 2008).



Serai wangi (Cymbopogon nardus. L) merupakan salah satu jenis tanaman minyak atsiri. Dari hasil penyulingan daunnya diperoleh minyak serai wangi yang dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama Citronella Oil. Minyak serai wangi Indonesia dipasaran dunia terkenal dengan nama “Citronella Oil of Java”. Serai wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) tumbuhan ini ditanam di pekarangan yang biasanya digunakan sebagai tanaman obat. Serai wangi dapat berkhasiat sebagai obat sakit kepala, batuk, nyeri lambung, diare, penghangat badan, penurun panas dan pengusir nyamuk (Fauzi, 2009). Dalam serai wangi terkandung senyawa sitronellal sekitar 32 - 45%, geraniol 10 - 12%, sitronellol 11 - 15%, geranil asetat 3 - 8%, sitronellal asetat 2 - 4% dan sedikit me-ngandung seskuiterpen serta senyawa lainnya (Masada, 1976).



Tanaman serai dapat dikembangkan dengan memanfaatkan kandungan minyak atsiri sebagai pengganti pestisida kimia yaitu untuk insektisida, bakterisida, dan nematisida. Senyawa aktif dari tanaman ini berbentuk minyak atsiri yang terdiri dari senyawa sitral, sitronella, geraniol, mirsena, nerol, farnesol, metil heptenol dan dipentena. Tanaman ini dapat mengendalikan Kumbang beras : (Tribolium sp); Sitophilus sp.;  Callosobruchus sp.; Nematoda (Meloidogyne sp.); dan Jamur Pseudomonas sp.


Cara pembuatan :

  1. Daun dan batang ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 25 – 50 gram/l;
  2. Kemudian endapkan selama 24 jam kemudian disaring agar didapat larutan yang siap diaplikasikan;
  3. Aplikasi dilakukan dengan cara disemprotkan atau disiramkan;
  4. Sedangkan untuk pengendalian hama gudang dilakukan dengan cara membakar daun atau batang hingga  didapatkan abu, lalu sebarkan / letakkan didekat sarang atau dijalur hama tersebut mencari makan.



Mekanisme minyak atsiri serai wangi sebagai pestisida :

  1. Sebagai bahan penolak, minyak atsiri serai wangi mampu mengacaukan aroma penarik yang dikeluarkan tanaman inang sehingga penggerakan hama menuju tanaman inang dapat dialihkan.
  2. Sabagai bahan penghambat makan, minyak atsiri serai wangi yang diaplikasikan pada tanaman inang mampu menekan peran bahan perangsang makan yang dihasilkan tanaman tersebut dan menimbulkan ketidaksukaan pada hama.
  3. Sebagai pembunuh hama.



Beberapa keuntungna menggunakan minyak atsiri sebagai pestisida nabati adalah sebagai berikut :

  1. Merupakan bahan alami yang mudah terurai sehingga aman terhadap lingkungan dan produk pertanian
  2. Mudah didapatkan di pasar karena banyak usaha rumah tangga yang bergerak dalam bidang produksi minyak atsiri serai wangi
  3. Harga yang relative lebih murah dibandingkan pestisida sintetik
  4. Aplikasi yang relative mudah sehingga dapat dilakukan oleh setiap orang







DAFTAR PUSTAKA







Burt, S. 2007. Antibacterial activity of essential oils: potential application in food. Ph.D. thesis. Institute for Risk Assesment Sciences, Division of Veterinary Medicine, Public Health. Utrecht Univrsity.



Dubey, N. K. , B. Srivastava, and A. Kumar. 2008. Current status of plant products as botanical pesticides in storage pest management. J. of Biopesticides 1 (2): 182-186.



Fauzi, A. 2009. Aneka Tanaman Obat dan Khasiatnya. Yogyakarta : Penerbit Media Pressindo



Isman, M. B. 2000. Plant essential oils for pest and disease management. Crop Protection. 19: 603-608.



Koul, O., S. Walia, and G. S. Dhaliwal. 2008. Essential oils as green pesticides: Potential and constrains. Biopesticides. Int. 4 (1): 63-84.



Masada, Y., 1976. Analysis of essential oils by chromatography and mass spectrumetri. A halted Press Book, John Wiley & Sons, Inc, New York



Rukmana, R. 2002. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius, Yogyakarta



Upadhyay, R. K., P. Dwivedi, and S. Ahmad. 2010. Screening of antibacterial activity of six plants essential oils against pathogenic bacterial strains. Asian J. of Medical Sciences. 2 (3): 152-158.